Cari di Blog Ini

Rabu, 05 Januari 2011

Sejarah dan Asal Muasal Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau

Sebagai orang minang, ada pertanyaan yang muncul di dalam diri saya. Minangkabau dikenal dg sistem kekerabatan matrilinealnya, mengambil garis keturunan berdasarkan garis keturunan ibu. Seperti yang kita tahu, ini menjadi keunikan tersendiri, mengingat para 'tetangganya' tidak ada yang memiliki sistem kekerabatan seperti itu. Kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa berbeda sekali dengan rumpun melayu lainnya di Sumatera?

Ternyata seorang blogger dengan blognya http://lelakirindu.multiply.com/journal memiliki pertanyaan yang sama dengan saya. Pertanyaannya itu terjawab ketika dia membaca sebuah novel berjudul “Negara Kelima” karya ES Ito. Dalam salah satu bab novel tersebut ada cerita tentang sejarah munculnya sistem kekerabatan matrilineal di Minangkabau. Kurang lebih ceritanya seperti ini.....

----------

Masa abad kemudian berganti. Pemimpin silih berganti tapi tetap dengan gelar Datuk Katumanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Hingga datang masanya kejayaan Majapahit, kerajaan besar di daerah Jawa. Dengan panglimanya, Adityawarman, kerajaan itu bersiap menyerang dan menguasai Minangkabau. Minangkabau adalah kerajaan yang dikenal sebagai nagari tanpa polisi. Kerajaan yang tak pernah menyiapkan angkatan perang karena mengutamakan kedamaian bahkan untuk daerah rantau dan pengaruh.

Dicarilah runding dan mufakat bagaimana menghadapi tentara Majapahit pimpinan Adityawarman. Demi kemaslahatan rakyat, perang harus dihindari tapi muslihat perlu untuk dicari. Datuk Parpatiah Nan Sabatang menyadari semua kelemahan itu. Dalam musyawarah, ia memaparkan rencananya untuk tidak menyambut tentara Adityawarman dengan senjata tetapi dengan kebesaran. Adityawarman akan dipinangkan untuk Puteri Jamilan saudara dari Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatiah Nan Sabatang. Tentara Jawa itu akan disambut dengan adat dan lembaga. Tidak aka nada perang yang hanya akan menimbulkan kesengsaraan rakyat.

Akhirnya Adityawarman sampai di ranah Minangkabau. Tentara Jawa itu terkejut karena mereka disambut dengan kebesaran bukan perlawanan perang. Utusan dari Pagaruyung datang menemuinya. Menyampaikan keinginan Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatiah Nan Sabatang, pucuk pimpinan alam Minangkabau untuk meminang Adityawarman untuk Puteri Jamilan. Adityawarman bingung. Ia tidak mungkin mengobarkan perang untuk menghadapi rakyat Minangkabau. Tawaran itu juga bisa langsung membuatnya menjadi raja Minangkabau. Datuak Katumanggungan bersedia memberikan jabatan pucuk alam Minangkabau pada Adityawarman sepanjang ia tidak memerangi rakyat Minangkabau dan harus mau menikah dengan Puteri Jamilan.

Menyadari gelagat Adityawarman akan menerima tawaran itu, Datuk Parpatiah Nan Sabatang mencari siasat agar raja-raja berikutnya tetap dianggap menerima warisan kerajaan dari Datuak Katumanggungan bukan dari Adityawarman. Ditetapkanlah adat Batali Bacambua yang langsung merubah struktur masyarakat Minangkabau.

“Nan dikatokan adat nan batali cambua, iyolah hubungan mamak dengan bapak, dalam susunan rumah tango, sarato dalam korong kampuang. Dek Datuak Parpatiah nan Sabatang, didirikan duo kakuasaan, balaku diateh rumah tango, iyolah tungganai jo rajonyo, nan korong kampuang barajo mamak, rumah tango barajo kali, di rumah gadang batungganai…Dicambua tali malakek”

Adat batali bacambua mengatur hubungan antara bapak dan mamak. Intinya, di dalam rumah tangga terdapat dua kekuasaan, pertama kekuasaan bapak, kedua kekuasaan Mamak, yaitu saudara laki-laki dari pihak ibu. Pemikiran itu dibawa Datuk Parpatiah Nan Sabatang pada musyawarah dengan cerdik pandai di balairung sari. Menyadari penting perubahan mufakat didapatkan.

Sejak saat itu susunan aturan masyarakat berubah. Dahulu bapak mewariskan kepada anak sekarang harus kepada kemenakan. Dahulu suku didapat dari bapak, sekarang dari ibu. Ini tidak lebih dari kecerdikan Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Dengan datangnya Adityawarman, ia tetap menginginkan agar kekuasaan tetap berasal dari Datuak Katumanggungan. Dengan waris turun dari mamak, bukan dari bapak ini, nantinya akan memosisikan Aditywarman tidak lebih dari raja transisi bukan raja sebenarnya dari alam Minangkabau. Sebab Datuak Katumanggungan yang menyerahkan kekuasaan padanya, dengan sistem adat yang baru, terkesan hanya menitip kekuasaan. Hingga datang masanya nanti kemenakannya akan lahir dari perkawinan Puteri Jamilan, adiknya dengan Adityawarman.

----------

Saya tidak tahu pasti apakah ini bisa dijadikan sebagai patokan utama untuk mengetahui mengapa sistem kekerabatan ini lahir. Saya lupa sumbernya, ada suatu blog yang menyatakan bahwa sistem kekerabatan ini telah lahir sebelum kedatangan Adityawarman, dan semenjak kedatangan Adityawarman sistem ini vacum selama kurang lebih 70 tahun. Namun di lain kesempatan, saya juga menemukan cerita yang senada atau kurang lebih sama dengan yang di blog http://lelakirindu.multiply.com/journal, yaitu http://rangminang.web.id, bahwasanya sistem kekerabatan matrilineal lahir karena latar belakang kedatangan Adityawarman ke Minangkabau. Setelah saya coba amati, ternyata blog ini juga mengambil sumber yang sama yaitu dari ES Ito.

15 komentar:

Tempat Belajar SEO blogspot | o-on mengatakan...

wowww... keren juga ya sejarahnyaa,,, nice post sobat

ianz mengatakan...

@blogo-on, thanks sobat... moga bermanfaat...

Dadan Hamdani mengatakan...

Wahh .. sejarah itu pelajaran IPS saya di sekolah ..
hehe ^_^

ianz mengatakan...

@dadan, sama dong.. :D

Rezky Pratama mengatakan...

ooo
jadi novel ini juga berdasar kisah nyata ya
tentang matrilinear..
mantap dah

ianz mengatakan...

@rezky, kurang lebih spt itu sobat, karna menurut info yg saya dapat, ES Ito sendiri membuat novel ini salah satunya berdasarkan Tambo Minangkabau (buku yg menceritakan tentang asal muasal dan adat Minangkabau)...

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...

SALAM SOBAT
saya jadi tahu sejarah dan asal muasal sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau.
sangat berbeda sekali, dengan daerah lainnya di Indonesia.

TUKANG CoLoNG mengatakan...

bila semua akrab, alangkah damainya dunia ini..:)

berbagi informasi mengatakan...

salam kenaj juga
orang minang ya
waduh mantap juo blognyo

ianz mengatakan...

@nura, bener.. mmg berbeda bgt dg daerah lainny..
@tukang colong, peace... :)
@berbagi informasi, iyo.. tarimo kasih..

Thomas mengatakan...

Mengulik asal usul dan sejarah memang menyenangkan.
kunjungan perdana
salam

ianz mengatakan...

@thomas, ok sob... thanks udah berkunjung.....

Unknown mengatakan...

Untuk sdr. Rian ketahui..
Sistem kekerabatan matrilineal minangkabau sudah jauh ditetapkan sebelum kehadiran majapahit. Sistem ini sepenuhnya diadopsi dari alam. Seperti dituah kan dalam pepatah
"Kok diguluang saujuang kuku,
Dicampak, salaweh alam.
Alam takambang jadi guru,
Bumi jo langik adoh didalam."
Ini merupakan sikap nenek moyang yang gemar belajar ke alam. Dan kenapa minangkabau jadi matrilineal? Mari kita lihat alam minangkabau. Harimau merupakan satwa yg paling terkenal didaerahnya, binantang ini lah yg paling banyak dipelajari oleh orang minang. Sistem pewarisan harimau jatuh kepada pihak betina, jantan yg tumbuh besar beranjak keluar(merantau.red) dari tanah kelahiran nya. Lalu kemanakah harimau jantan? Harimau jantan yg pergi, akan mencari harimau betina lain sebagai pemilik suatu kawasan tertentu. Jantan akan melawan betina, apabila sang jantan menang maka betina akan menjadi pasangan nya. Mereka akan bersama menjaga kawasan itu. Terutama dari pejantan lain yg datang. Jadi terlihat jelaskan! Pola kehidupan orang minang sangat mirip dgn kehidupan harimau. Mulai dari budaya merantau, matrilineal, beladiri (silat harimau.red), dan hak warisan. Jadi dapat ditarik kesimpulan, budaya merantau seiring dgn system matrilineal itu lahir. Ingat kisah tambo datuk perpatih nan sabatang pergi merantau ke india demi menghindari perselisihan dgn dt.tumanggung? Disana beliau menempa ilmu utk menetapkan adat istiadat minangkabau selepas pulangnya. Diwaktu itulah minangkabau menjadi demokratis. Ingat juga leluhur orang minang sudah ada sejak gunung tinjau masih ada, silahkan lihat tahun berapa gunung tinjau itu meletus. Ditahun itu adat minangkabau sudah kokoh.

Unknown mengatakan...

Tuanku imam bonjol pernah ingin merubah system matrilineal diminangkabau, kaum padri berusaha menggulingkan semua kawasan minangkabau terutama kerajaan pagaruyung. Bahkan tuanku imam bonjol didukung 3 jendral mesir yg berasal dr minangkabau juga serta mendapat sokongan dr arab saudi yg dipelopori ole al-minangkabawi. Namun akhirnya gagal. Kenapa gagal?Padahal Semua persenjataan kaum padri lengkap dan dibantu militer yg terlatih dr arab dan mesir yg bahkan belanda sekalipun harus menarik semua tentara nya dr jawa utk menghadang kaum padri ini. Tuanku imam bonjol gagal setelah berdebat dgn para cadiak pandai dan semua datuk. Yg akhirnya system matrilineal minangkabau tetap dilanjutkan. Yg berimbas dilakukan nya sidang secara terus menerus di kerajaan arab di tanah haram mekkah utk membahas masalah ini. Kaum pelajar minang di mekkah dimintak penjelasan. Sampai akhirnya system matrilineal minangkabau diterima di mekkah. Kalau saudara rian ingin lebih mengetahui, baca sejarahnya dibuku khatib al-minangkabawi. Sekarang buku2 tersebut dimiliki oleh pustaka mesir dan arab saudi. Dan kalau kita pergi ke mekkah dan bertemu kaum pelajar disana sebut saja asal kita dari minangkabau. Mereka akan cepat mengetahui.

Unknown mengatakan...

Hasil dari perjuangan para kaum terpelajar minang di mekkah dan mesir. adat minangkabau sepenuhnya menganut islam yg tertuang dalam "adaik basandi syara', syara' basandi kitabullah" terjemahan nya "adat berazaskan agama, agama berazaskan kitab-kitab Allah". Namun walau orang minang sepenuhnya wajib menganut islam, system kekerabatan matrilineal tetap dan harus dipertahankan. Karena dalam perdebatan itu diterangkan bahwa system matrilineal tidaklah melanggar azas pokok agama islam dan justru ikut menopang ajaran islam. krn dengan dikuatkan nya posisi wanita sebagai pewaris dan garis kekerabatan, akan membawa perempuan minang lebih terjaga dari semua masalah lingkungan yg negatif. dan islam pun menyiratkan pula "apabila rusak wanita disuatu negri, maka rusak pula lah negri itu" maka kaum padri yang dipimpin tuanku imam bonjol menjalin kesepakatan damai dgn kaum adat minang, kesepakatan damai inilah yg tidak disetujui oleh belanda. Yg akhirnya meletus perang kaum padri melawan belanda. Sekali lagi system matrilineal terselamatkan dari ideologi luar. Gempuran system kekerabatan ini bukan hanya dari islam, namun juga dr portugis yg datang sebelum belanda. Namun yg mencengangkan dan membuat panjangnya bahasan system matrilineal diminangkabau, karena terselamatkan nya system budaya ini dari islam. Islam yg terkenal kuat akan budaya nya tetap gagal merubah system ini, bahkan melalui sidang panjang di masjidil haram. Yg mana akhirnya Al-minangkabawi diberi tempat yg baik di masjidil haram dan salah seorang putra minang lainnya diangkat menjadi ketua liga muslim dunia. Dan utk kita ketahui, bahkan semua ahli budaya didunia heran dan kagum dgn bertahan nya system matrilineal minangkabau dari gempuran islam. Apabila system matrilineal itu lahir hanya karena kedatangan majapahit, maka tidak akan sukar bagi masyarakat minang merubahnya menjadi system patrilineal. dan kedatangan majapahit hanya menikahi satu orang wanita minang, dan tidak harus semuanya utk merubah system adat secara global. Dan utk kita ketahui, pagaruyung bukan lah minangkabau, pagaruyung hanya diberi kekuasaan atas daerah rantau. Adat minangkabau tidak mengenal system kekerajaan. Kerajaan pagarruyung, dharmasraya, indrapura, dan beberapa kerajaan kecil lainya itu didirikan oleh pihak luar, dan pewarisan gelar dan tahta dari ayah ke anak. Sementara adat minangkabau gelar turun dari mamak ke kemenakan. Semua litelatur adat diminangkabau tidak mengenal dan tidak ada bahasan mengenai system monarki kerajaan, semua mengarah ke demokratis. Yg masing2 kaum di pimpin oleh datuk. Gelar datuk dari paman jatuh ke kemenakan. Bahkan dari setiap klan memiliki masing-masing datuk sendiri.

Random Post