Sedikit bercerita tentang sebuah objek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Di sebuah desa yang bernama Desa Pulut-Pulut, Kecamatan Bayang, ada lokasi wisata yang dikenal dengan adanya Jembatan Aka (Jembatan Akar). Saya ingat terakhir kali mengunjungi tempat itu ketika masih kelas III SMA.
Disebut Jembatan Aka karena memang jembatan yang dimaksud terbuat dari akar-akar yang dijalin membentuk jembatan yang berasal dari dua buah pohon yang letaknya berseberangan dipisahkan oleh sebuah sungai. Jembatan ini cukup kuat sehingga bisa dilalui oleh orang-orang yang ingin menyeberangi sungai. Dahulunya, Jembatan Aka murni terdiri dari akar-akar yang dijalin membentuk jembatan. Namun mungkin karena faktor usia dan seringnya orang berlalu-lalang, jembatan ini diperkuat dengan dipasangnya kawat baja di kedua sisinya.
Menurut cerita yang beredar, awal mula terbentuknya jembatan ini adalah hasil karya seorang ulama bernama Pakih Sokan sekitar tahun 1916. Ceritanya Pakih Sokan sangat prihatin dengan keadaan murid-murid mengajinya yang kesulitan pergi mengaji karena Sungai atau Batang Bayang ditimpa air bah. Walau sudah ada jembatan bambu, sungai itu tetap sulit diseberangi karena jembatan bambu itu sering hanyut dibawa air bah.
Pakih Sokan berinisiatif menanam dua pohon beringin di kedua sisi sungai. Seiring dengan bertambah tingginya kedua pohon, Pakih Sokan menjalinkan/melilitkan akar-akarnya pada jembatan bambu yang digunakan untuk melintasi Batang Bayang. Semakin lama kedua pohon itu semakin besar dan akar-akarnya terjalin dengan kokoh sehingga membentuk jembatan yang masih dapat digunakan sampai saat ini.
Disebut Jembatan Aka karena memang jembatan yang dimaksud terbuat dari akar-akar yang dijalin membentuk jembatan yang berasal dari dua buah pohon yang letaknya berseberangan dipisahkan oleh sebuah sungai. Jembatan ini cukup kuat sehingga bisa dilalui oleh orang-orang yang ingin menyeberangi sungai. Dahulunya, Jembatan Aka murni terdiri dari akar-akar yang dijalin membentuk jembatan. Namun mungkin karena faktor usia dan seringnya orang berlalu-lalang, jembatan ini diperkuat dengan dipasangnya kawat baja di kedua sisinya.
Menurut cerita yang beredar, awal mula terbentuknya jembatan ini adalah hasil karya seorang ulama bernama Pakih Sokan sekitar tahun 1916. Ceritanya Pakih Sokan sangat prihatin dengan keadaan murid-murid mengajinya yang kesulitan pergi mengaji karena Sungai atau Batang Bayang ditimpa air bah. Walau sudah ada jembatan bambu, sungai itu tetap sulit diseberangi karena jembatan bambu itu sering hanyut dibawa air bah.
Pakih Sokan berinisiatif menanam dua pohon beringin di kedua sisi sungai. Seiring dengan bertambah tingginya kedua pohon, Pakih Sokan menjalinkan/melilitkan akar-akarnya pada jembatan bambu yang digunakan untuk melintasi Batang Bayang. Semakin lama kedua pohon itu semakin besar dan akar-akarnya terjalin dengan kokoh sehingga membentuk jembatan yang masih dapat digunakan sampai saat ini.
sumber : http://kotapainan.blogspot.com/

Komentar
jd kepengen ke sana nih