Sosok itu terdiam, memandangi pantai yang memainkan ombak. "Hidupku seperti ombak itu. Ingin selalu menepi, tapi pantai selalu mengusirnya untuk kembali," dia bicara dan menundukkan wajahnya. "Tenang, Din. Aku yakin pasti ada jalan keluar," Indah mencoba menghibur Udin. Tapi Udin menghela napasnya, tak ada semangat, "Bagaimana caranya seorang pengamen jalanan yang putus sekolah sepertiku bisa membiayai operasi ibu yang terbaring lemah karena tumor di tubuhnya?"
"Jangan pernah putus asa, Din. Di bumi ini masih ada orang yang mau membantu orang lemah seperti kita. Masih ada yang peduli, hanya saja mungkin mereka belum tahu keadaan ibumu. Aku yakin kita akan menemukan sosok malaikat penolong di antara mereka,” kata-kata ini mampu menenangkan hati sang sahabat karib. Udin akhirnya tersenyum. "Terima kasih. Kaulah yang selalu membangkitkan semangatku di saat-saat seperti ini. Kau sahabat terbaik yang pernah aku kenal." Udin menatap matanya, dan dia rasakan hari ini mata itu terlihat semakin indah.
"Jangan pernah putus asa, Din. Di bumi ini masih ada orang yang mau membantu orang lemah seperti kita. Masih ada yang peduli, hanya saja mungkin mereka belum tahu keadaan ibumu. Aku yakin kita akan menemukan sosok malaikat penolong di antara mereka,” kata-kata ini mampu menenangkan hati sang sahabat karib. Udin akhirnya tersenyum. "Terima kasih. Kaulah yang selalu membangkitkan semangatku di saat-saat seperti ini. Kau sahabat terbaik yang pernah aku kenal." Udin menatap matanya, dan dia rasakan hari ini mata itu terlihat semakin indah.
Komentar
ke tekape cek juga ahhh sapa tahu dapat ide buat ikutan :D
suka banget kalimat itu, mohon izin memaknainya... :)
Selamat kontes :D